sore itu starbucks terlihat tak begitu ramai. hanya ada 5 pengunjung. 4 dari 5 itu bersama pasanganya. hanya ada 1 yang duduk sendiri di dekat jendela tanpa pasangan.
cewek itu masih sibuk berkutat dengan laptop dan buku-buku yang berserakan di dekatnya. sejak tiga jam yang lalu cewek itu menyibukan diri di depan laptopnya.
kentang goreng yang sudah dingin beserta jus apukat tidak ia jamah sama sekali. sesekali ia menguap dan mengucek-ucek mata, kentara sekali cewek itu kelelahan.
kali ini dia merapikan kunciranya setelah itu merebahkan tubuhnya di bantalan kursi sambil memakan kentang goreng. pandangan cewek itu terpusatkan di luar jendela.
tempat dimana para pejalan kaki berada. setela beberapa detik tertegun mengamati sesuatu di luar jendela, cewek itu menenggelamkan wajahnya diantara kedua tanganya
yang terlipat di atas meja. Lima menit kemudian ia kembali menyibukan diri di depan laptopnya. Berkali-kali handphonenya berdering namun tak sekalipun cewek itu bereaksi terhadap handphonenya.
Sudah lima jam cewek ini berada di starbucks, hingga saat ini para pelayan manaikan kursi-kursi di atas meja. Pengunjung yang tersisa hanyalha dirinya, tak lama, ada seorang pelayan yang menghampiri dirinya. “maaf mbak, starbucks kami akan segera tutup. Ini bilnya mbak.” Kata pelayan itu. Cewek itu segera bangkit dan merapikan buku beserta laptopnya. Lalu ia mengeluarkan selembar uang 50.000an, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun cewek itu beranjak meninggalkan starbucks.
Ia berjalan dengan tatapan kosong menuju tempat parkir. Akhirnya ia masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi kemudi sambil menarik nafas. Saat akan menyalakan mesin mobilnya, tanpa sengaja ia melihat dua sejoli yang berciuman mesra di depan mobilnya. Yaa, cewek itu tau, siapa dua sejoli itu. Cewek itu mentap dua sejoli dengan tatapan dingin dan kaku. Tanpa bicara, ia menyalakan mesin mobil dan hendak menjalankan mobil itu sekencang-kencangnya. Pasangan yang ada di depan mobinya itupun kontan kaget dengan sinar lampu mobil yang tiba-tiba menyala. Dan langsung minggir agar tidak tertabrak. Cewek itu menjalankan mobilnya dengan kencang melewati dua sejoli tersebut. “nggak bisa santai dikit apa?! Maen slonong aja!” gerutu salah satu diantara dua sejoli itu. Kali ini yang cowok ganti angkat bicara,”udalah sayang, nggak usah dipikir orang itu iri sama kita mungkin.” Kata sang cowok sambil tersenyum. Cowok itu tau siapa pengemudi Jazz putih yang hampir menabraknya tadi.
Jazz putih itu memasuki halaman sebuah rumah yang sangat mewah berdesign minimalis namun masih ada sentuhan alamnya. Rumah itu tampak sepi. Mobil-mobil yang lainya sudah terparkir di tempatnya masing-masing. Berarti mama papa sudah pulang, batin cewek itu. Tanpa mengetok pintu, cewek itu masuk begitu saja. Saat ia melewati ruang keluarga dilihatnya adik dan kedua orangtuanya asyik menonton acara di televisi.
“Shil, dari mana aja sih? Kok baru pulang? Udah malem lho.” Kata mamanya penuh perhatian. Yang lain hanya melihat dengan tatapan penuh perhatian juga.
“Shilla ngantuk, ma” kata cewek yang ternyata bernama Shilla itu. Dengan wajah dingin dan kaku Shilla berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Kali ini adiknya Shilla yang bernama Raissa atau sering dipanggil Acha angkat bicara,
“kak Shillla kenapa sih ma? Jutek gitu.” Kata Acha sambil memakan lays rumput laut di hadapanya.
“nggak tau lha Cha, mama juga bingung. Dari kemarin kakak kamu uring-uringan terus.” Timpal mamanya.
“sudah lha, mungkin Shilla lagi ada masalah sama temenya. Kita sebaiknya nggak terlalu ikut campur” papa Shilla pun ikut menanggapi. Yang lain hanya mengangguk setuju.
Sesampai di kamar, Shilla mencuci muka dan kakinya. Setelah itu ia berganti memakai piama dan sandal rumah yang berdesign boneka keropi. Sebelum tidur, ia menyalakan computer dan langsung mengaktifkan koneksi internetnya. Shilla suka sekali dengan chating online. Sambil berchating, dia menelfon kakaknya yang saat ini sedang meneruskan S2 nya di Jepang. Tak lama, terdengar suara di seberang sana…
“ada apa Shill? Tumben amat telfon kakak?” kata seseorang di seberang sana.
“nggak kenapa-napa, kak. Shilla mau cerita nih…” kata Shilla memasang tampang manyun. Sedangkan tangannya masih menari-nari diatas keyboard.
“hmm… soal Gabriel?” Tanya kakak Shilla.
Shilla menghembuskan nafas dengan berat. Tanpa menjawab. Shilla hanya menggumam.
“oh my God! Tuh anak kenapa lagi sih?! Lo juga Shill, gue kan udah bilang tuh anak PlayBoy!” kata kakak Shilla dengan nada tinggi.
“wooo Pin! Kenapa lo jadi nyalahin gue sih? Gue kan nggak tau kalo akhirnya kayak gini. Dan lo tau apa yang bikin gue nggak bisa nerima?! Dia sekarang jalan sama Aren! Sahabat gue kak! Lo inget Aren kan? Yang dulu naksir elo!” papar Shilla dengan nada berapi-api.
“tadi gue lihat mereka jalan di Mall. Aren nggak tau kalo gue ngelihat itu semua. Mereka bemesraan di depan gue. Suap-suapan eskrim. Manja-manjaan. Hahaha! Iyel tau ada gue. Tapi dia nggak peduli.” Lanjut Shilla, kali ini nada suaranya berangsur turun namun tersirat rasa getir didalam ucapanya.
“uda deh yaa… Ashilla Zahrantiara, adek gue yang paling gede, yang paling rese, yang sering banget disakiti sama cowo, yang lumayan pinter, dan yang lumayan cantik…” sebelum kakaknya itu meneruskan, Shilla buru-buru memotong dengan lantang.
“Haloo Alvin Jonathan! Kakak gue satu-satunya. Yang gak punya mata kalo lagi ketawa. Yang cerewet banget. Yang sayang sama kedua adeknya. Yang pinter banget apalagi kalo bohongin ortu. Yang punya fans banyak. Tapi sangar semua…. Apakah elo masih jomblo? Setelah sekian lama elo tinggal di Jepang????” oceh Shilla yang diiringi dengan tawa Alvin di seberang sana. “yee kok lo ketawa sih kak?” kata Shilla heran.
“jangan salah deh, Shill! Gue udah punya pacar lho… cantik banget anaknya. Blasteran indo-jepang. Cakeppp banget deh pokoknya.” Tutur Alvin menggambarkan sedikit tentang gadis yang kini berada di dekatnya. *harapan penulis pupus mendengarnya*
“woo lo sombong kak! Kenalin ke gue sama Acha dong!” protes Shilla.
“yaa lo sih! Maen ke sini dong. Eh kapan lo bakal berangkat ke Jepang? Perlu bantuan buat ngurusin persiapan nggak? Kalo butuh apa-apa lo bisa hubungi gue. Eh ya, soal Gabriel nggak usah dipikirin lagi. Mending lo nyiapin diri buat berangkat ke Jepang.” Tutur Alvin kepada adeknya yang paling besar ini. Dengan penuh rasa sayang terhadap adek-adeknya Alvin selalu care sama mereka.
“iyaaa pin. Gue juga lagi sibuk nyiapin itu sekarang. Gue sih nggak tau kapan pastinya, yang jelas… lebih cepat lebih baik. Eh udah dulu yah, capek banget gue. Ntar gue telfon lagi deh kalo pulsa gue tebel. Oke? Eh satu lagi… gue titip salam buat cewek lo ya?” kata Shilla panjang lebar.
“iyeee Shilla… yaudah met bobo yaa.”
Tuutt tuutt
Telfon terputus, Shilla memutuskan untuk tidur setelah mematikan komputernya. Malam ini tidurnya masih dipenuhi baying-bayang Gabriel… ntah sampai kapan malam yang sama seperti ini menghantuinya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar